Selasa, 24 Juni 2025

Apa itu vaksin PCV dan mengapa harus divaksin?

Vaksin PCV adalah singkatan dari Pneumococcal Conjugate Vaccine. Vaksin ini dirancang untuk melindungi tubuh dari infeksi yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae, atau biasa disebut pneumokokus.


💉 Apa itu bakteri pneumokokus?

Bakteri ini bisa menyebabkan berbagai penyakit serius, terutama pada bayi, anak kecil, orang lanjut usia, dan mereka yang memiliki sistem imun lemah. Penyakit-penyakit tersebut meliputi:

  • Pneumonia (infeksi paru-paru)
  • Meningitis (radang selaput otak)
  • Otitis media (infeksi telinga tengah)
  • Bakteremia/sepsis (infeksi darah)

Mengapa harus vaksin PCV?

  1. Perlindungan terhadap penyakit serius
    Vaksin PCV melindungi dari infeksi yang bisa mengancam jiwa, seperti meningitis dan pneumonia.

  2. Mengurangi penggunaan antibiotik
    Dengan mencegah infeksi, vaksin ini membantu mengurangi kebutuhan antibiotik dan memperlambat resistansi antibiotik.

  3. Melindungi komunitas (herd immunity)
    Saat banyak orang divaksin, penyebaran bakteri di masyarakat ikut berkurang, sehingga kelompok rentan juga ikut terlindungi.

  4. Direkomendasikan oleh WHO dan IDAI
    WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) dan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) menyarankan vaksin PCV diberikan pada bayi sejak usia 2 bulan.


🗓️ Jadwal vaksinasi PCV (versi IDAI):

  • PCV pertama: usia 2 bulan
  • PCV kedua: usia 4 bulan
  • PCV ketiga: usia 6 bulan
  • Booster: usia 12–15 bulan

Kalau kamu atau orang terdekatmu belum divaksin PCV dan masih termasuk kelompok usia rentan, sebaiknya konsultasikan ke dokter atau puskesmas terdekat untuk jadwal dan ketersediaannya.


Jumat, 16 Mei 2025

Apa itu OCD?


OCD adalah singkatan dari Obsessive-Compulsive Disorder, atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Gangguan Obsesif Kompulsif. Ini adalah gangguan mental di mana seseorang memiliki pikiran, dorongan, atau gambaran (obsesi) yang berulang dan tidak diinginkan yang menyebabkan perasaan cemas


atau tidak nyaman yang intens. Untuk meredakan perasaan ini, individu dengan OCD merasa terdorong untuk melakukan tindakan berulang (kompulsi) atau ritual tertentu.

Berikut adalah poin-poin penting mengenai OCD:

 * Obsesi: Ini adalah pikiran, dorongan, atau gambaran mental yang berulang dan terus-menerus muncul di benak dan menyebabkan kecemasan atau stres yang signifikan. Obsesi ini tidak diinginkan dan sulit dikendalikan. Contoh obsesi meliputi ketakutan berlebihan terhadap kuman, pikiran tentang menyakiti diri sendiri atau orang lain, atau kebutuhan akan keteraturan yang ekstrem.

 * Kompulsi: Ini adalah perilaku atau tindakan mental berulang yang dilakukan seseorang sebagai respons terhadap obsesi. Tujuan dari kompulsi adalah untuk mengurangi kecemasan atau mencegah kejadian yang ditakuti. Namun, tindakan ini biasanya tidak realistis atau berlebihan dan hanya memberikan kelegaan sementara. Contoh kompulsi meliputi mencuci tangan berulang kali, memeriksa kunci atau kompor berkali-kali, menyusun barang dengan cara tertentu, atau berdoa dalam hati berulang kali.

Penting untuk dipahami bahwa:

 * Orang dengan OCD biasanya menyadari bahwa obsesi dan kompulsi mereka tidak masuk akal atau berlebihan, tetapi mereka merasa tidak berdaya untuk menghentikannya.

 * OCD dapat sangat mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang, mempengaruhi hubungan, pekerjaan, sekolah, dan aktivitas lainnya.

 * OCD adalah kondisi yang dapat diobati dengan terapi (seperti Terapi Perilaku Kognitif atau CBT) dan/atau obat-obatan.

Jadi, sederhananya, OCD adalah kondisi di mana seseorang terjebak dalam siklus pikiran yang mengganggu (obsesi) dan perilaku berulang yang mereka rasa harus dilakukan (kompulsi).

Beberapa sumber rujukan umum yang kredibel mengenai OCD meliputi:

 * Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5): Ini adalah panduan standar yang digunakan oleh para profesional kesehatan mental untuk mendiagnosis gangguan mental, termasuk OCD. Anda dapat mencari informasi spesifik tentang kriteria diagnostik OCD di dalamnya.

 * American Psychiatric Association (APA): APA adalah organisasi profesional terkemuka untuk psikiater di Amerika Serikat dan menerbitkan banyak sumber daya informasi tentang gangguan mental, termasuk OCD. Situs web mereka (psychiatry.org) seringkali memiliki informasi yang bermanfaat bagi masyarakat umum.

 * National Institute of Mental Health (NIMH): NIMH adalah bagian dari National Institutes of Health (NIH) di Amerika Serikat dan melakukan serta mendukung penelitian tentang gangguan mental. Situs web mereka (nimh.nih.gov) menyediakan informasi berbasis penelitian tentang OCD.

 * World Health Organization (WHO): WHO adalah badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat internasional. Mereka memiliki informasi tentang gangguan mental, termasuk OCD, dalam klasifikasi penyakit internasional mereka (ICD).


Kamis, 16 Januari 2025

Apa itu HMPV ?


Human metapneumovirus
Struktur dan genom Human metapneumovirus (hMPV)
Klasifikasi virusSunting klasifikasi ini
(tanpa takson):Virus
Dunia:Riboviria
Kerajaan:Orthornavirae
Filum:Negarnaviricota
Kelas:Monjiviricetes
Ordo:Mononegavirales
Famili:Pneumoviridae
Genus:Metapneumovirus
Spesies:
Human metapneumovirus
HMPV atau Human metapneumovirus adalah sejenis virus RNA untai tunggal berpolaritas negatif yang tergolong dalam famili Pneumoviridae.Virus ini memiliki hubungan kekerabatan yang erat dengan Avian metapneumovirus (AMPV) subkelompok C. Keberadaan virus ini pertama kali berhasil diungkap pada tahun 2001 di Belanda. Para ilmuwan menggunakan teknik RAP-PCR (RNA arbitrarily primed PCR), sebuah metode cerdas untuk menemukan virus-virus baru yang tumbuh dalam sel-sel yang dikembangbiakkan. Hingga tahun 2016, HMPV tercatat sebagai biang keladi kedua terbanyak (setelah respiratory syncytial virus atau RSV) dari penyakit saluran pernapasan akut pada anak-anak sehat berusia di bawah 5 tahun yang berobat jalan di klinik-klinik besar di Amerika Serikat.

Usia puncak anak bayi yang harus dirawat di rumah sakit karena HMPV biasanya terjadi antara usia 6–12 bulan. Usia ini sedikit lebih tua dibandingkan puncak kasus RSV yang umumnya menyerang bayi usia 2–3 bulan. Gejala klinis dan tingkat keparahan infeksi HMPV sangat mirip dengan infeksi RSV. HMPV juga menjadi penyebab penting penyakit pada orang dewasa lanjut usia. Perlu dicatat, sebuah wabah HMPV yang signifikan teramati hingga akhir tahun 2024 di Tiongkok.

HMPV (Human Metapneumovirus) adalah virus yang menyebabkan infeksi pernapasan pada manusia. Virus ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 2001 di Belanda.

Gejala HMPV :
1. Batuk
2. Pilek
3. Demam
4. Sakit tenggorokan
5. Kesulitan bernapas (pada kasus yang parah)
6. Bronkiolitis (peradangan saluran napas kecil)
7. Pneumonia (radang paru-paru)
Cara Penularan :
1. Kontak langsung dengan penderita
2. Udara yang terkontaminasi virus
3. Sentuhan dengan benda yang terkontaminasi
Kelompok Risiko :
1. Anak-anak di bawah 5 tahun
2. Orang dewasa yang berusia di atas 65 tahun
3. Penderita penyakit kronis (misalnya, asma, diabetes)
4. Penderita dengan sistem imun yang lemah
Pengobatan :
1. Istirahat yang cukup
2. Minum banyak cairan
3. Obat batuk dan demam
4. Oksigenasi (jika diperlukan)
5. Antibiotik tidak efektif karena HMPV adalah virus
Pencegahan :
1. Mencuci tangan secara teratur
2. Menggunakan masker saat berada di tempat umum
3. Menghindari kontak dengan penderita
4. Vaksinasi tidak tersedia untuk HMPV
Diagnosis :
1. Tes PCR (Polymerase Chain Reaction)
2. Tes serologi (mengukur antibodi)
3. Pemeriksaan fisik dan gejala

Sumber:
1. CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat)
2. WHO (Organisasi Kesehatan Dunia)
3. Journal of Clinical Virology
4. Kementerian Kesehatan RI.
5. Wikipedia Indonesia 


Jumat, 04 Agustus 2023

Apa itu vaksin mRNA?

Vaksin mRNA adalah jenis vaksin yang menggunakan sepotong kecil mRNA (asam ribonukleat messenger) untuk menginstruksikan sel tubuh untuk memproduksi protein virus atau patogen tertentu. Setelah protein ini diproduksi, sistem kekebalan tubuh merespons dengan membuat antibodi yang dapat melindungi tubuh dari infeksi jika terpapar virus atau patogen sebenarnya.

Contoh vaksin mRNA yang telah dikenal luas adalah vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh perusahaan seperti Pfizer-BioNTech dan Moderna. Vaksin ini telah mendemonstrasikan keefektifan yang tinggi dalam mencegah penyakit COVID-19 dan memainkan peran penting dalam upaya global untuk mengatasi pandemi.

Apakah vaksin mRNA bisa juga untuk mencegah penyakit lainnya?

Ya, teknologi vaksin mRNA memiliki potensi untuk mencegah penyakit lainnya selain COVID-19. Karena vaksin mRNA dapat dirancang dengan relatif cepat dan fleksibel, mereka dapat digunakan untuk mengatasi berbagai macam penyakit.

Beberapa penelitian dan uji klinis telah dilakukan untuk mengembangkan vaksin mRNA untuk penyakit seperti influenza, Zika, rabies, dan banyak lainnya. Vaksin mRNA menjanjikan karena memungkinkan respon kekebalan yang kuat dan spesifik terhadap patogen tertentu tanpa perlu mengandung patogen itu sendiri.

Namun, perlu diingat bahwa setiap vaksin baru memerlukan uji klinis yang ketat untuk menilai keamanan dan efektivitasnya sebelum disetujui untuk digunakan pada manusia. Pengembangan vaksin adalah proses yang kompleks dan memerlukan waktu, tetapi teknologi mRNA telah menunjukkan potensi luar biasa dalam memerangi berbagai penyakit infeksi.