Tampilkan postingan dengan label vaksin. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label vaksin. Tampilkan semua postingan

Rabu, 25 Juni 2025

Jenis jenis vaksin PCV yang ada di Indonesia


Berikut adalah jenis‑jenis vaksin PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine) yang umum digunakan di Indonesia:


1. PCV10
Melindungi terhadap 10 serotipe bakteri Streptococcus pneumoniae (1, 4, 5, 6B, 7F, 9V, 14, 18C, 19F, 23F)  .
Dipakai misalnya GSK Synflorix dan Serum Institute’s Pneumosil.


2. PCV13
Menambah 3 serotipe ekstra (3, 6A, 19A) dari PCV10, total jadi 13 serotipe  .
Contoh: Pfizer Prevnar 13 yang telah lama digunakan  .


3. PCV15
Melindungi 15 serotipe (PCV13 + 22F + 33F)  .
Contoh: Merck Vaxneuvance  .
Sudah tersedia di beberapa negara (termasuk Indonesia secara komersial sejak 2023)  .


4. PCV20
Mencakup 20 serotipe (PCV15 + 5 tambahan)  .
Contoh: Pfizer Prevnar 20, disetujui di Amerika Serikat (April 2023)  .


5. PCV21
Varian paling baru dengan cakupan 21 serotipe.
Contoh: Merck Capvaxive, disetujui Uni Eropa & AS Juni 2024  .

🔍 Ringkasan Cakupan Serotipe per Vaksin
Vaksin Jumlah Serotipe

PCV10 10 serotipe
PCV13 13 serotipe 
PCV15 15 serotipe 
PCV20 20 serotipe 
PCV21 21 serotipe 


Mana yang Paket lengkap untuk Indonesia?
Program imunisasi rutin di Indonesia: PCV13 sudah masuk sejak 2021, untuk bayi usia 2, 3, dan 12 bulan  .
Versi terbaru (PCV15/PCV20/PCV21): saat ini tersedia secara komersial di fasilitas kesehatan swasta.
Contoh harga PCV15 ~Rp1.145.000 per dosis (termasuk layanan dokter)  .
PCV15—Vaxneuvance sudah bisa digunakan bayi, anak, dan dewasa  .

📅 Jadwal Pemberian PCV di Indonesia (Bayi)
Dosis utama: 2, 3, dan 12 bulan (PCV13)  .
Jika menggunakan PCV15: format jadwalnya biasanya 2, 4, 6, dan booster 12 bulan  .

Kesimpulan:
🌟 Cara memilih: semakin banyak serotipe → semakin luas proteksinya. Tersedia PCV10, PCV13, PCV15, PCV20, PCV21.
💰 Untuk imunisasi pemerintah: PCV13 adalah pilihan rutin (gratis).
🏥 Jika ingin perlindungan lebih luas, bisa memilih PCV15/20/21 secara mandiri di fasilitas kesehatan swasta.

Jumat, 04 Agustus 2023

Apa itu vaksin mRNA?

Vaksin mRNA adalah jenis vaksin yang menggunakan sepotong kecil mRNA (asam ribonukleat messenger) untuk menginstruksikan sel tubuh untuk memproduksi protein virus atau patogen tertentu. Setelah protein ini diproduksi, sistem kekebalan tubuh merespons dengan membuat antibodi yang dapat melindungi tubuh dari infeksi jika terpapar virus atau patogen sebenarnya.

Contoh vaksin mRNA yang telah dikenal luas adalah vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh perusahaan seperti Pfizer-BioNTech dan Moderna. Vaksin ini telah mendemonstrasikan keefektifan yang tinggi dalam mencegah penyakit COVID-19 dan memainkan peran penting dalam upaya global untuk mengatasi pandemi.

Apakah vaksin mRNA bisa juga untuk mencegah penyakit lainnya?

Ya, teknologi vaksin mRNA memiliki potensi untuk mencegah penyakit lainnya selain COVID-19. Karena vaksin mRNA dapat dirancang dengan relatif cepat dan fleksibel, mereka dapat digunakan untuk mengatasi berbagai macam penyakit.

Beberapa penelitian dan uji klinis telah dilakukan untuk mengembangkan vaksin mRNA untuk penyakit seperti influenza, Zika, rabies, dan banyak lainnya. Vaksin mRNA menjanjikan karena memungkinkan respon kekebalan yang kuat dan spesifik terhadap patogen tertentu tanpa perlu mengandung patogen itu sendiri.

Namun, perlu diingat bahwa setiap vaksin baru memerlukan uji klinis yang ketat untuk menilai keamanan dan efektivitasnya sebelum disetujui untuk digunakan pada manusia. Pengembangan vaksin adalah proses yang kompleks dan memerlukan waktu, tetapi teknologi mRNA telah menunjukkan potensi luar biasa dalam memerangi berbagai penyakit infeksi.

Senin, 12 Januari 2009

Kanker Serviks (kanker mulut rahim)

Kanker serviks merupakan penyakit kanker yang terjadi pada organ reproduksi wanita tepatnya di daerah serviks atau leher rahim, penyakit ini terjadi akibat perubahan fisiologi dan fungsional sel yang berakhir pada tumbuhnya sel-sel tidak normal pada serviks atau mulut rahim. Adapun penyebabnya adalah sejenis virus yang disebut Human Papiloma Virus ( HPV ). Virus ini biasa ditularkan melalui hubungan sexual atau skin to skin genital contact dengn penetrasi ataupun tidak. Perjalanan penyakit dari mulai terifeksi sampai terjadi kanker membutuhkan waktu yang cukup lama antara 10 sampai 15 tahun.
Ada banyak tipe virus HPV, diperkirakan lebih dari 100 jenis. Virus ini disebut Papilloma karena sering menimbulkan warts atau benigna (tumor apidermal jinak mirip kutil). HPV yang menimbulkan kutil di tangan dan kaki berbeda jenisnya dengan yang menimbulkan kutil di alat kelamin (kutil genital).
Di dunia diperkirakan setiap dua menit seorang wanita meninggal akibat kanker serviks. Kanker serviks umumya terjadi pada rentang usia 30 hingga 50 tahun, yaitu puncak usia reproduktif perempuan sehingga akan menyebabkan gangguan kualitas hidup secara fisik, kejiwaan dan kesehatan seksual. Secara umum ada dua jenis virus HPV yaitu jenis resiko tinggi (onkogenik) dan resiko rendah(non onkogenik).
Tipe onkogenik yaitu HPV tipe 16, 18, 45, 31 dan 52, diperkirakan 80% kasus disebabkan oleh tipe ini, sedangkan tipe non onkogenik yaitu HPV tipe 6 dan 11 yang menyebabkan 70% kasus kanker serviks. Virus HPV sangat resisten terhadap panas dan proses pengeringan (desiccation).

Adapun faktor yang mendukung timbulnya kanker serviks yaitu:
  1. Menikah atau berhubungan seksual pada usia muda
  2. Kehamilan yang sering atau multiparitas
  3. Merokok
  4. Penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang.
  5. Penyakit menular seksual.
Kanker serviks dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, pemeriksaan skrining diperlukan agar dapat menemukan sel-sel serviks yang tidak normal atau lesi prakanker. Bila kanker sudah mencapai progresifitas maka gejala yang dapat timbul yaitu:
  1. Pendarahan dari vagina.
  2. Timbulnya keputihan yang bercampur darah dan berbau.
  3. Nyeri panggul dan gangguan bahkan tidak bisa buang air kecil.
Cara untuk mendeteksi adanya kanker serviks yaitu dengan melakukan skrining atau pap smear dan Inspeksi Visual Asam Asetat ( IVA) akan tetapi skrining tidak dapat mencegah infeksi virus HPV. Tindakan yang dilakukan jika sudah terjadi kanker serviks adalah pengobatan atau terapi, akan tetapi tergantung tingkat keparahan atau stadium kanker serviks pada saat didiagnosis.

Penatalaksanaan kanker serviks yaitu :
  1. Pembedahan (surgical treatment)
  2. Radioterapi.
  3. Kemoterapi.
  4. Terapi paliatif yang lebih difokuskan pada kualitas hidup pasien.
Semua wanita beresiko terkena kanker serviks tanpa memandang gaya hidupnya, selama masih aktif melakukan hubungan seksual maka wanita akan selalu terpapar virus HPV. Oleh karena itu cegah sedini mungkin; lakukan papsmear tiap tahun dan usahakan untuk vaksinasi, karena saat ini sudah tersedia vaksin untuk pencegahan kanker serviks.

Referensi :
  1. Ferlay J et al.Globocan 2002 IARC 2004
  2. Globocan 2002 IARC http://www.dept-iarc.fr
  3. Andrijono. Kanker Serviks Edisi 1. Divisi onkologi, Dept obstetri-ginekologi FKUI Jakarta.
  4. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI): Buku Pedoman Imunisasi Di Indonesia Edisi III, Jakarta 2008.