Google

Tampilkan postingan dengan label perforasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label perforasi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 14 Oktober 2012

Appendisitis ( Radang Usus Buntu )

Adalah peradangan yang terjadi pada usus buntu (appendix). Angka kejadian appendisitis akut di negara maju lebih tinggi dibandingkan negara berkembang. Insiden pada laki-laki sebanding dengan perempuan dan dapat terjadi pada semua umur, akan tetapi pada anak dibawah 1 th jarang dilaporkan. Insiden tertinggi terjadi pada kelompok usia 20-30 tahun. Beberapa hal berperan sebagai pencetus timbulnya appendisitis. Berupa lumen appendiks tersumbat oleh ; feses yang keras (fecolith), makanan yang mengandung biji-bijian, interpelasi jaringan limph (pembengkakan).

Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi (susah buang air besar) sebagai pencetus timbulnya sumbatan lumen appendiksAppendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, akan tetapi akan membentuk jaringan parut yang menyebabkab perlengketan dengan jaringan sekitaranya. Perlekatan ini akan menyebabkan timbulnya keluhan berulang diperut kanan bawah.

Gejala klinis :
  1. Nyeri samar dan tumpul yang merupakan nyeri bagian dalam (visceral) di daerah epigastrum disekitar umbilicus.
  2. Mual-mual disertai muntah.
  3. Nafsu makan menururn.
  4. Dalam beberapa jam nyeri pindah ke kanan bawah ke titik MC.Burney, yaitu titik yang berada pada pertengahan antara pusar dengan tonjolan tulang pada bagian pinggul. Disini nyeri desakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya, sehingga merupakan nyeri somatik setempat.

Pada beberapa kasus appendisitis agak sulit dideteksi sehingga tidak ditangani pada waktunya dan terjadi komplikasi. Gejala pada anak tidak spesifik, gejala awal sering rewel dan tidak mau makan, kemudian timbul muntah-muntah. Karena gejala tidak khas ini appendisitis sering diketahu setelah terjadi perforasi (pecah). Gejala pada orang usia lanjut juga sering sama-samar sehingga terlambat didiagnosis.

Kondisi badan biasanya demam ringan suhu sekitar37,5-38,5 c. Pada perabaan (palpasi) didapatkan nyeri yang terbatas pada bagian kanan bawah (regio iliaka) disertai nyeri lepas defaus muskuler. Nyeri tekan perut kanan bawah ini merupakan kunci diagnosis. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan USG dan foto appendicogram. Pada pemeriksaan laboratorium ditandai tingginya leukosit. Penanganan lebih lanjut dilakukan jika diagnosis sudah jelas yaitu appendiktomi (pemotongan appendiks). Penundaan operasi dapat timbul abses atau perforasi, inilah yang paling sering.